BAB
II
PEMBAHASAN
Pengertian
Psikologi Pendidikan Pengertian psikologi, menurut
asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche
dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos
berarti ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Dengan pesatnya
perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat
terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum yang sering direvisi dalam
pengembangannya, tujuan pendidikan sering mengalami perubahan dalam
perumusannya, metode belajar mengajar sering mengalami perubahan dan
pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan.
Dari uraian diatas dapat kita
ambil makna bahwa perkembangan teknologi pada ilmu pengetahuan dapat membuat
perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan, baik pada revisi dan pengembangan
kurikulum, metode, rumusan, serta sumber dan fasilitas belajar dapat memancing
berbagai macam tanggapan apakah semua hal itu dapat mengganggu pelaksanaan
aktivitas belajar sehingga akan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan peserta
didik, dan akhirnya timbul kekhawatiran akan diabaikannya psikologi dalam
pendidikan.
Untuk mengatasi kekhawatiran
tersebut , maka diharapkan peserta didik dapat mempunyai tingkat keaktifan yang
tinggi, baik itu secara fisiologis maupun psikologis. Dengan demikian psikologi
tetap akan memperoleh tempat dalam dunia pendidikan. Berbicara mengenai situasi
pengajaran di Indonesia, kita tidak menutupi kenyataan bahwa sekolah-sekolah
saat ini masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran. Akibatnya guru dan murid
masih dibatasi kebijakan dan pengawasan dari pihak pemerintah, sehingga
keberhasilan pendidikan tidak pernah lepas dari keterampilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Pendidikan kita pada saat ini belum banyak
memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik, melainkan pendidikan masih
digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan
dunia kerja akan tenaga kerja .
Dengan demikian sudah saatnya
sekarang pendidikan kita untuk melayani kebutuhan dan hakikat psikologis
peserta didik. Pemahaman pada peserta didik yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologi sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan. Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang
kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi.
Individu memiliki bakat,
kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangannya yang berbeda
satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin
memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki
beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan
jenjang pengalaman belajar yang akan djadikan garis-garis besar program
pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.
Landasan Psikologi pendidikan adalah suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia
pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia
pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi
manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk
memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan
pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar (
Tirtaraharja, 2005: 106 ).
Tujuan Interaksi pendidikan memiliki suatu ciri dan fungsi
khusus, yaitu bersifat dan berfungsi membantu perkembangan siswa. Yang mana
dalam interaksi ini, guru memberikan sejumlah latihan melalui penggunaan metode
tertentu dan dengan dukungan buku sumber dan alat-alat bantu lain. Hal-hal
diatas dapat dilakukan apabila guru mempunyai pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh tentang perkembangan serta kemampuan yang dimiliki siswa baik
kemampuan fisik, intelektual, sosial maupun emosional.
Interaksi
pendidikan tidak terjadi dalam lingkungan hampa akan tetapi dalam lingkungan
pendidikan. Ada 3 macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah
(lingkungan pertama), lingkungan sekolah (lingkungan kedua) dan lingkungan
masyarakat (lingkunga ketiga).Interaksi pendidikan yang berlangsung
disekolah telah direncanakan dengan sistematis dan teliti dalam suat kurikulum,
maka disebut interaksi pendidikan formal. Guru sebagai pendidik tidak hanya
dituntut memahami perkembangan dan kemampuan siswa tetapi dituntut memahami
seluruh situasi pendidikan.
Penerapan
landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi materi atau bahan yang
harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya
dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.
Peserta
didik adalah individu yang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan yang
dialami anak sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik melalui
peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan
masalah. Tugas pendidik atau guru adalah membantu perkembangan peserta didik
secara optimal. Pendidik atau guru harus melakukan berbagai upaya dalam
kegiatan belajar-mengajar yang memberikan hasil yang optimal, jadi minimal
terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan landasan psikologis,
yaitu psikologis perkembangan peserta didik dan psikologis belajar.
Perkembangan
Peserta didik
Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan-keunikan, seperti
pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan-gerakan tertentu. Hal ini
memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki potensi
untuk berkembang.
Pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan anak itu adalah hasil dari
pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas putih, dimana orang-orang di
sekelilingnya dapat bebas menulis kertas tersebut. Pandangan ini bertentangan
pandangan di atas, dimana justru aspek-aspek di luar anak atau lingkungannya
lebih banyak mempengaruhi perkembangan anak menjadi individu yang dewasa.
Pandangan lainnya ialah yang menyebutkan bahwa perkembangan anak itu
merupakan hasil perpaduan antara pembawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui
akan kodrat manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun potensi ini akan
berkembang menjadi lebih baik dan sempurna berkat pengaruh lingkungan.
Pandangan yang terakhir ini ialah tentang tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Tugas-tugas
perkembangan yang dimaksud adalah tugas yang secara nyata harus dipenuhi oleh
setiap anak/individu sesuai dengan taraf/tingkat perkembangan yang dituntut
oleh lingkungannya. Apabila tugas-tugas itu tidak terpenuhi, maka pada taraf
perkembangan berikutnya anak/individu tersebut akan mengalami masalah. Melalui
tugas-tugas ini, anak akan berkembang dengan baik dan beroperasi secara
kumulatif dari yang sederhana menuju kearah yang lebih kompleks. Namun
demikian, objek penelitiannya adalah anak-anak Amerika, jadi kebenarannya masih
perlu diteliti dan dikaji dengan cermat disesuaikan dengan anak-anak Indonesia
yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Pandangan tentang anak sebagai
makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan landasan pendidikan.
Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memilik perbedaan disamping
persamaannya.
Psikologi
Belajar
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan. Definisi ini menyiratkan dua
makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan
tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu belajar.
Belajar diartikan terjadinya perubahan perilaku ke arah positif melalui
pengalaman. Mengetahui tentang psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi
para guru dalam tugas pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke dalam tiga rumpun, yaitu
1. Teori Disiplin Mental, secara
herediter anak mempunyai potensi tertentu. Belajar merupakan upaya mengembangkan
potensi-potensi tersebut
a.
Disiplin Mental Theistik
Individu mempunyai daya mental
(mengamati, menanggap, mengingat, berpikir). Belajar merupakan proses melatih
daya-daya tersebut.
b.
Disiplin Mental Humanistik
Menekankan keseluruhan aspek (pendidikan
umum).
c.
Naturalisme
Selain mempunyai potensi, anak
memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri
d.
Apersepsi
Hasil belajar disimpan dan membentuk
apersepsi untuk belajar lebih lanjut
2. Teori Behaviorisme, anak tidak membawa potensi apapun
dari lahirnya. Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari
lingkungan. Bersifat pasif
a.
Teori S-R Bond (Thorndike) kehidupan tunduk pada hukum
stimulus-respon belajar dan upaya membentuk S-R sebanyaknya
b.
Conditioning (Guthrie)
Belajar melalui S-R dibantu dengan
kondisi tertentu (pada stimulus)
c.
Reinforcement (Skinner)
Belajar melalui S-R dibantu dengan
kondisi tertentu (melalui respon)
1.
Cognitive Gestalt Field
Menekankan pada unity, wholeness,
integrity (keterpaduan). Bersifat aktif
a.
Insight/Gestalt Field
Belajar adalah proses mengembangkan
pemahaman baru
Belajar merupakan perbuatan yang
bertujuan, eksploratif, imajinatif, kreatif
b.
Goal Insight
Belajar merupakan usaha untuk
mengembangkan pemahaman tingkat tinggi
c.
Cognitive Field
Belajar merupakan proses interaksi
(individu selalu berada dalam life space, ada tujuan yang ingin dicapai dan
motif yang mendorong untuk mencapai tujuan dan hambatan yang harus diatasi).
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar. Sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti,
belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil
belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk
menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi
prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut
dengan teori belajar.
Ada tiga aliran besar dalam teori
belajar mengajar yaitu: Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behaviorism), Psikologi
Gestalt dan Psikologi Kognitif (Constructivism) yang dapat diaplikasikan ke
dalam pengajaran matematika.
Pemahaman situasi pendidikan bukan menjadi
satu-satunya tujuan dari study tentang landasan psikologis proses pendidikan.
Ada dua tujuan utama dari studi tentang landasan psikologis proses pendidikan.
Pertama, agar para guru, para pendidik atau calon guru dan calon pendidik
mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan. Kedua, agar
para guru, pendidik atau calon guru, calon pendidik mampu menyiapkan dan
melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik dengan
lebih baik.
Dengan bekal tersebut, diharapkan guru, pendidik dapat
membawa siswa, peseta didik dalam mencapai perkembangan yang setinggi-tingginya
sesuai dengan prestasi yang dimilikinya.
Manfaat
Mempelajari Psikologi Pendidikan Bagi Guru dan Calon Guru
dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1.
Untuk
mempelajari situasi dalam proses pembelajaran, psikologi
pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk
meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda
seperti di bawah ini:
a. Memahami
perbedaan individu (peserta didik)
Seorang guru harus berhadapan
dengan sekolompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati karena karakteristik
masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami
perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami
perbedaan karakteristik siswa tersebut.
b. Penciptaan
iklim belajaar yang kondusif di dalam kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang
kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk
menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif
harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan
efektif. Seseorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam
proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil
proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam
membantu guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di
dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
c. Pemilihan
strategi dan metode pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada
karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru
dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dan
mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar
dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
d. Memberikan
bimbingan kepada peserta didik
Seorang guru harus memainkan peran
yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi
juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis
bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan
pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang
berbeda-beda.
e. Mengevaluasi
hasil pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan
penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi
membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat
membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa
yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi
maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
2.
Untuk
penerapan prinsip-prinsip belajar mengajar
a. Menetapkan
tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada
perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses
pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
b. Penggunaan
median pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi
pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran
yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual sehingga dapat
memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
c. Penyusunan
jadwal pelajaran
Jadwal pelajaran harus disusun
berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang
dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran
dimana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam
membantu guru untuk merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Partowisastro, Koestoer.Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid II.Erlangga.Jakarta.
Slavin, Robert E.2008.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik edisi ke-8.PT
Indeks.Jakarta.
Wahyono,Budi.“Manfaat Mempelajari Psikologi
Pendidikan bagi Guru dan Calon Guru”.http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html.diakses
tanggal 04 Januari 2013.pukul 22:16
amanahme.“Landasan
Psikologis dalam Pendidikan“.http://amanahtp.wordpress.com/2011/10/11/landasan-psikologis-dalam-pendidikan/.diakses
tanggal 02 Januari 2013. Pukul 21:40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar