Kamis, 21 Februari 2013

Makalah-Membaca untuk Menulis

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Membaca 
Membaca berasal dari kata dasar baca, yang artinya memahami arti tulisan. Membaca yang dalam bahasa Arab iqra’ dan bahasa Inggris reading, menjadi bagian penting dalam mencerdaskan manusia. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri yang tertulis dan tidak tertulis. 

Menurut Tate Qamaruddin, kata iqra’ merupakan kata perintah (fi’il ‘amr) yang tidak menyebut objeknya. Jadi, membaca merupakan perintah yang memerintahkan untuk membaca apa pun, baik ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat, baik itu ayat-ayat yang bersifat qauliyyah (wahyu) maupun ayat-ayat kauniyyah (semestawi).

Pengertian membaca secara lebih umum menurut Hodgson dalam bukunya Learning Modern Languages mengatakan, membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Menurut Finochiaro dan Bonomo: reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or written material. Artinya, membaca adalah mengambil serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tertulis.

Dipandang dari sisi linguistik, membaca merupakan proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), yang menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Pernyataan ini dinyatakan Oom Anderson dalam bukunya Language Skills In Elementary Education.

Jadi, intinya membaca itu menangkap kandungan-kandungan yang berbentuk simbol-simbol tertentu, baik yang tersurat maupun tersirat. Kesimpulannya, membaca adalah memahami arti dan makna yang terkandung dalam bentuk tulisan maupun keadaan.

Minat Baca di Indonesia
Bersumber dari laporan Bank dunia no. 16369-IND dan studi IEA (International Association for
the Evaluation of Education Achievement) di Asia Timur menunjukkan, tingkat
terendah membaca anak-anak di pegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7! Indonesia di
bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65,1); Singapura (skor 74,0); dan Hongkong (skor
75,5). Kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30
persen. Budaya baca di negara kita memang tergolong rendah. Itulah sebabnya Indonesia
menjadi Negara tertinggal. Sebab lain kurang maraknya dunia baca di Indonesia adalah adanya
anggapan miring tentang membaca, misalnya saja: 
  1.  Budaya baca hanya milik orang berpendidikan tinggi;
  2.  Membaca bikin sumpek; 
  3.  Membaca tidak menghasilkan apa-apa;
  4. Membaca hanya buang-buang waktu dan tenaga;
  5. Membaca bikin ngantuk dan stres;
  6. Membaca sama halnya berhadapan dengan monster.

Manfaat Membaca
Membaca bermanfaat bagi perkembangan otak. Menurut Oom Bobbi De Porter, dia mengatakan: “Sebelum anda melakukan hampir segalanya dalam hidup anda, baik secara sadar maupun tidak, anda akan bertanya pada diri anda tentang pertanyaan penting ini: Apa manfaatnya Bagiku?” berikut ini akan mengulas manfaat dari membaca, yaitu:
  1. Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan
  2. Meningkatkan kemampuan berimajinasi
  3. Dapat menemukan hal baru yang berbeda dari biasanya
  4. Mampu mengubah sudut pandang
  5. Menghilangkan stress dan beban pikiran
  6. Mengembangkan kreativitas 
  7. Membaca merupakan gerbang perubahan
  8. Menguatkan kepribadian 
  9. Mempertajam daya analisis
  10. Mengembangkan pola pikir


Keterampilan Berbahasa
Ketermpilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu
  1. Keterampilan menyimak (listening skills)
  2. Keterampilan berbicara (speaking skills)
  3. Keteramppilan membaca (reading skills)
  4. Keterampilan menulis (writing skills)
Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian  berbicara sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa beararti pula melatih keterampilan berpikir.[1]

Dari pembicaraan di atas , kita dapat menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan  bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari oramg yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakkannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran , organisasi pemakaian kata-kata, dan sturktur kalimat.”[2]

Hubungan antara Menulis dan Membaca
Antara menulis dengan membaca terdapat  hubungan yang sangat erat. Hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan penulis dan pembaca. Tugas penulis adalah mengatur/menggerakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan/kesan pembaca. Perubahan yang dimaksudkan itu mungkin saja salah satu dari keempat jenis berikut:
  • Suatu perubahan yang mengakibatkan adanya rekonstruksi terhadap bayangan/kesan itu atau (paling sedikit) beberapa bagian daripadanya;
  •  Suatu perubahan yang memperluas dan mengembangkan bayangan/kesan itu, yang memberi tambahan terhadapnya; atau
  •  Suatu perubahan yang mengubah kejelasan atau kepastian/ketentuan yang telah mempertahankan beberapa bagian dari bayangan tersebut.
  • Tidak ada perubahan sama sekali.
Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa sebagai seorang penulis kita harus mengetahui maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum menulis. Kalau kita dapat merumuskan maksud dan tujuan dipandang dari segi responsi pembaca, tulisan kita pasti lebih sesuai dan serasi dengan pembaca yang diharapkan itu. Perlu dipahami benar-benar bahwa sekalipun misalnya kita telah menentukan, maksud dan tujuan yang baik sebelum dan sewaktu menulis, namun kita acapkali menghadapi kesulitan dalam hal mengikuti tujuan utama yang telah ditetapkan dalam hati kita. Suatu cara yang baik untuk menghindarkan hal itu ialah dengan jalan merumuskan sebuah kalimat tujuan atau purposes sentence. Ini merupakan sebuah kalimat yang secara eksplisit menyatakan tujuan kita yang ada kaitannya dengan pokok pembicaraan dan pembaca.

Agar maksud dan tujuan penulis tercapai, yaitu agar pembaca memberikan response yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, mau tidak mau dia harus menyajikan tulisan yang baik. Ciri-ciri tulisan yang baik itu, antara lain:
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar : memanfaatkan stuktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, para pembaca tidak usah payah-payah bergumul memahami makna yang tersurat dan tersirat.
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan pengulangan frase-frase yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang pengertian yang serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan yang tepat guna atau penulisan efektif
  • Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal-hal seperti itu dapat member akibat yang kurang baik terhadap karyanya.[3]
Secara singkat, ada pula ahli yang merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik itu seperti berikut ini:
  • Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda.
  • Jelas: jangan membingungkan para pembaca.
  • Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca.
  • Usahkan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.[4]
Mengenai tulisan yang baik, Alton C. Morris beserta rekan-rekannya mengemukakan pendapat sebagai berikut:
“Tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif. Semua komunikasi tulis adalah efektif atau tepat guna.
  • Kalau penulis tahu apa yang harus dikatakan, yaitu kalau dia mengetahui bena-benar pokok pembicaraannya
  • Kalau penulis tahu bagaimana caranya member struktur terhadap gagasan-gagasannya, dan
  • Kalau penulis mengetahui bagaimana caranya mengekspresikan dirinya dengan baik, yaitu kalau dia menguasai suatu gaya yang serasi
Tulisan yang baik akan menggairahkan para pembaca. Pembaca yang baik selalu merindukan tulisan yang bermutu. Jelas bagi kita betapa eratnya hubungan antara penulis dan pembaca. Keeratan hubungan itu, antara lain, sebagai berikut:
  • Pada satu pihak, penggunaan secara bersama-sama  sebagian dari ilmu pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, dan sebagainya itu merupakan persyaratan bagi pengkomunikasikan hal-hal (yang sebelumnya) belum diketahui oleh kedua pihak. Pada pihak lain, justru adanya perbedaan antara penulis dan pembacalah yang menimbulkan diskusi yang bermanfaat.
  • Dalam persiapan bagi usahanya untuk membangkitkan hal-hal yang sebelumnya belum dibagikan, penulis haruslah berusaha memahami taraf pemahaman pembaca dan ilmu pengetahuan serta perspektif-perspektif yang seyogianya ingin diperoleh oleh pembaca. Kalau penulis gagal memahami hal ini, besar kemungkinan dia tidak mencapai sasaran
  • Tujuan terakhir dari penulis adalah membangun suatu sistem hubungan-hubungan kemanusiaan yang diperluas, suatu sistem tempat dia dan pembaca dalam beberapa hal bersatu, membagi-bagi ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dan perspektif-perspektif dalam suatu masyarakat; masyarakat ini pada gilirannya merupakan pula suatu kesatuan yang dapat dipisahkan serta ditelaah. Upaya retoris berbicara dan menyimak merupakan jembatan penghubung antara sesama anggota masyarakat, begitu juga antara penulis dan pembaca.
Dari uraian di atas, jelas bagi kita bahwa keterampilan menulis itu tidak datang dengan sendirinya. Hal itu menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang berprogram. Biasanya, program-program dalam bahasa tulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:
a)      Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan penulis
b)      Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan
c)      Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis
d)     Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.[5]


[1] Tarigan, 1980: 1, 1981: 2. Dawwon (et al), 1963: 27
[2] Morsey, 1976: 122
[3] Adelstein & Pival, 1976 ; xxi
[4] Mc. Mahan & Day; 1960 : 6
[5] Peck & Schulz, 1969 : 67


 
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur.1990.Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.Angkasa.Bandung

Lestari, Prembayun Miji.Bikin Kamu Tergila-gila Membaca.Pro-U Media.Yogyakarta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar