Kamis, 21 Februari 2013

Makalah-Membaca untuk Menulis

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Membaca 
Membaca berasal dari kata dasar baca, yang artinya memahami arti tulisan. Membaca yang dalam bahasa Arab iqra’ dan bahasa Inggris reading, menjadi bagian penting dalam mencerdaskan manusia. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri yang tertulis dan tidak tertulis. 

Menurut Tate Qamaruddin, kata iqra’ merupakan kata perintah (fi’il ‘amr) yang tidak menyebut objeknya. Jadi, membaca merupakan perintah yang memerintahkan untuk membaca apa pun, baik ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat, baik itu ayat-ayat yang bersifat qauliyyah (wahyu) maupun ayat-ayat kauniyyah (semestawi).

Pengertian membaca secara lebih umum menurut Hodgson dalam bukunya Learning Modern Languages mengatakan, membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Menurut Finochiaro dan Bonomo: reading is bringing meaning to and getting meaning from printed or written material. Artinya, membaca adalah mengambil serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tertulis.

Dipandang dari sisi linguistik, membaca merupakan proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), yang menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Pernyataan ini dinyatakan Oom Anderson dalam bukunya Language Skills In Elementary Education.

Jadi, intinya membaca itu menangkap kandungan-kandungan yang berbentuk simbol-simbol tertentu, baik yang tersurat maupun tersirat. Kesimpulannya, membaca adalah memahami arti dan makna yang terkandung dalam bentuk tulisan maupun keadaan.

Minat Baca di Indonesia
Bersumber dari laporan Bank dunia no. 16369-IND dan studi IEA (International Association for
the Evaluation of Education Achievement) di Asia Timur menunjukkan, tingkat
terendah membaca anak-anak di pegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7! Indonesia di
bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65,1); Singapura (skor 74,0); dan Hongkong (skor
75,5). Kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30
persen. Budaya baca di negara kita memang tergolong rendah. Itulah sebabnya Indonesia
menjadi Negara tertinggal. Sebab lain kurang maraknya dunia baca di Indonesia adalah adanya
anggapan miring tentang membaca, misalnya saja: 
  1.  Budaya baca hanya milik orang berpendidikan tinggi;
  2.  Membaca bikin sumpek; 
  3.  Membaca tidak menghasilkan apa-apa;
  4. Membaca hanya buang-buang waktu dan tenaga;
  5. Membaca bikin ngantuk dan stres;
  6. Membaca sama halnya berhadapan dengan monster.

Manfaat Membaca
Membaca bermanfaat bagi perkembangan otak. Menurut Oom Bobbi De Porter, dia mengatakan: “Sebelum anda melakukan hampir segalanya dalam hidup anda, baik secara sadar maupun tidak, anda akan bertanya pada diri anda tentang pertanyaan penting ini: Apa manfaatnya Bagiku?” berikut ini akan mengulas manfaat dari membaca, yaitu:
  1. Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan
  2. Meningkatkan kemampuan berimajinasi
  3. Dapat menemukan hal baru yang berbeda dari biasanya
  4. Mampu mengubah sudut pandang
  5. Menghilangkan stress dan beban pikiran
  6. Mengembangkan kreativitas 
  7. Membaca merupakan gerbang perubahan
  8. Menguatkan kepribadian 
  9. Mempertajam daya analisis
  10. Mengembangkan pola pikir


Keterampilan Berbahasa
Ketermpilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu
  1. Keterampilan menyimak (listening skills)
  2. Keterampilan berbicara (speaking skills)
  3. Keteramppilan membaca (reading skills)
  4. Keterampilan menulis (writing skills)
Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian  berbicara sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa beararti pula melatih keterampilan berpikir.[1]

Dari pembicaraan di atas , kita dapat menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan  bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari oramg yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan/memberitahukan, dan memengaruhi; dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakkannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran , organisasi pemakaian kata-kata, dan sturktur kalimat.”[2]

Hubungan antara Menulis dan Membaca
Antara menulis dengan membaca terdapat  hubungan yang sangat erat. Hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan penulis dan pembaca. Tugas penulis adalah mengatur/menggerakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan/kesan pembaca. Perubahan yang dimaksudkan itu mungkin saja salah satu dari keempat jenis berikut:
  • Suatu perubahan yang mengakibatkan adanya rekonstruksi terhadap bayangan/kesan itu atau (paling sedikit) beberapa bagian daripadanya;
  •  Suatu perubahan yang memperluas dan mengembangkan bayangan/kesan itu, yang memberi tambahan terhadapnya; atau
  •  Suatu perubahan yang mengubah kejelasan atau kepastian/ketentuan yang telah mempertahankan beberapa bagian dari bayangan tersebut.
  • Tidak ada perubahan sama sekali.
Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa sebagai seorang penulis kita harus mengetahui maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum menulis. Kalau kita dapat merumuskan maksud dan tujuan dipandang dari segi responsi pembaca, tulisan kita pasti lebih sesuai dan serasi dengan pembaca yang diharapkan itu. Perlu dipahami benar-benar bahwa sekalipun misalnya kita telah menentukan, maksud dan tujuan yang baik sebelum dan sewaktu menulis, namun kita acapkali menghadapi kesulitan dalam hal mengikuti tujuan utama yang telah ditetapkan dalam hati kita. Suatu cara yang baik untuk menghindarkan hal itu ialah dengan jalan merumuskan sebuah kalimat tujuan atau purposes sentence. Ini merupakan sebuah kalimat yang secara eksplisit menyatakan tujuan kita yang ada kaitannya dengan pokok pembicaraan dan pembaca.

Agar maksud dan tujuan penulis tercapai, yaitu agar pembaca memberikan response yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, mau tidak mau dia harus menyajikan tulisan yang baik. Ciri-ciri tulisan yang baik itu, antara lain:
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar : memanfaatkan stuktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, para pembaca tidak usah payah-payah bergumul memahami makna yang tersurat dan tersirat.
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan pengulangan frase-frase yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang pengertian yang serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis
  • Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan yang tepat guna atau penulisan efektif
  • Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal-hal seperti itu dapat member akibat yang kurang baik terhadap karyanya.[3]
Secara singkat, ada pula ahli yang merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik itu seperti berikut ini:
  • Jujur: jangan coba memalsukan gagasan atau ide anda.
  • Jelas: jangan membingungkan para pembaca.
  • Singkat: jangan memboroskan waktu para pembaca.
  • Usahkan keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam; berkarya dengan penuh kegembiraan.[4]
Mengenai tulisan yang baik, Alton C. Morris beserta rekan-rekannya mengemukakan pendapat sebagai berikut:
“Tulisan yang baik merupakan komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif. Semua komunikasi tulis adalah efektif atau tepat guna.
  • Kalau penulis tahu apa yang harus dikatakan, yaitu kalau dia mengetahui bena-benar pokok pembicaraannya
  • Kalau penulis tahu bagaimana caranya member struktur terhadap gagasan-gagasannya, dan
  • Kalau penulis mengetahui bagaimana caranya mengekspresikan dirinya dengan baik, yaitu kalau dia menguasai suatu gaya yang serasi
Tulisan yang baik akan menggairahkan para pembaca. Pembaca yang baik selalu merindukan tulisan yang bermutu. Jelas bagi kita betapa eratnya hubungan antara penulis dan pembaca. Keeratan hubungan itu, antara lain, sebagai berikut:
  • Pada satu pihak, penggunaan secara bersama-sama  sebagian dari ilmu pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, dan sebagainya itu merupakan persyaratan bagi pengkomunikasikan hal-hal (yang sebelumnya) belum diketahui oleh kedua pihak. Pada pihak lain, justru adanya perbedaan antara penulis dan pembacalah yang menimbulkan diskusi yang bermanfaat.
  • Dalam persiapan bagi usahanya untuk membangkitkan hal-hal yang sebelumnya belum dibagikan, penulis haruslah berusaha memahami taraf pemahaman pembaca dan ilmu pengetahuan serta perspektif-perspektif yang seyogianya ingin diperoleh oleh pembaca. Kalau penulis gagal memahami hal ini, besar kemungkinan dia tidak mencapai sasaran
  • Tujuan terakhir dari penulis adalah membangun suatu sistem hubungan-hubungan kemanusiaan yang diperluas, suatu sistem tempat dia dan pembaca dalam beberapa hal bersatu, membagi-bagi ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dan perspektif-perspektif dalam suatu masyarakat; masyarakat ini pada gilirannya merupakan pula suatu kesatuan yang dapat dipisahkan serta ditelaah. Upaya retoris berbicara dan menyimak merupakan jembatan penghubung antara sesama anggota masyarakat, begitu juga antara penulis dan pembaca.
Dari uraian di atas, jelas bagi kita bahwa keterampilan menulis itu tidak datang dengan sendirinya. Hal itu menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang berprogram. Biasanya, program-program dalam bahasa tulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:
a)      Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan penulis
b)      Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan
c)      Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis
d)     Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.[5]


[1] Tarigan, 1980: 1, 1981: 2. Dawwon (et al), 1963: 27
[2] Morsey, 1976: 122
[3] Adelstein & Pival, 1976 ; xxi
[4] Mc. Mahan & Day; 1960 : 6
[5] Peck & Schulz, 1969 : 67


 
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur.1990.Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.Angkasa.Bandung

Lestari, Prembayun Miji.Bikin Kamu Tergila-gila Membaca.Pro-U Media.Yogyakarta
 

Makalah - Psikologi Pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Psikologi Pendidikan Pengertian psikologi, menurut asal  katanya  psikologi  berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan  atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum yang sering direvisi dalam pengembangannya, tujuan pendidikan sering mengalami perubahan dalam perumusannya, metode belajar mengajar sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan.

Dari uraian diatas dapat kita ambil makna bahwa perkembangan teknologi pada ilmu pengetahuan dapat membuat perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan, baik pada revisi dan pengembangan kurikulum, metode, rumusan, serta sumber dan fasilitas belajar dapat memancing berbagai macam tanggapan apakah semua hal itu dapat mengganggu pelaksanaan aktivitas belajar sehingga akan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan peserta didik, dan akhirnya timbul kekhawatiran akan diabaikannya psikologi dalam pendidikan.

Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut , maka diharapkan peserta didik dapat mempunyai tingkat keaktifan yang tinggi, baik itu secara fisiologis maupun psikologis. Dengan demikian psikologi tetap akan memperoleh tempat dalam dunia pendidikan. Berbicara mengenai situasi pengajaran di Indonesia, kita tidak menutupi kenyataan bahwa sekolah-sekolah saat ini masih mengutamakan penguasaan mata pelajaran. Akibatnya guru dan murid masih dibatasi kebijakan dan pengawasan dari pihak pemerintah, sehingga keberhasilan pendidikan tidak pernah lepas dari keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pendidikan kita pada saat ini belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik, melainkan pendidikan masih digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja .

Dengan demikian sudah saatnya sekarang pendidikan kita untuk melayani kebutuhan dan hakikat psikologis peserta didik. Pemahaman pada peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologi sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek pribadi.

Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangannya yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan djadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.

Landasan Psikologi pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang  kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar ( Tirtaraharja, 2005: 106 ).

Tujuan Interaksi pendidikan memiliki suatu ciri dan fungsi khusus, yaitu bersifat dan berfungsi membantu perkembangan siswa. Yang mana dalam interaksi ini, guru memberikan sejumlah latihan melalui penggunaan metode tertentu dan dengan dukungan buku sumber dan alat-alat bantu lain. Hal-hal diatas dapat dilakukan apabila guru mempunyai pemahaman yang mendalam dan menyeluruh tentang  perkembangan serta kemampuan yang dimiliki siswa baik kemampuan fisik, intelektual, sosial maupun emosional.

Interaksi pendidikan tidak terjadi dalam lingkungan hampa akan tetapi dalam lingkungan pendidikan. Ada 3 macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah (lingkungan pertama), lingkungan sekolah (lingkungan kedua) dan lingkungan masyarakat (lingkunga  ketiga).Interaksi pendidikan yang berlangsung disekolah telah direncanakan dengan sistematis dan teliti dalam suat kurikulum, maka disebut interaksi pendidikan formal. Guru sebagai pendidik tidak hanya dituntut memahami perkembangan dan kemampuan siswa tetapi dituntut memahami seluruh situasi pendidikan.

Penerapan landasan psikologis dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.

Peserta didik adalah individu yang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan yang dialami anak sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik melalui peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahan masalah. Tugas pendidik atau guru adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Pendidik atau guru harus melakukan berbagai upaya dalam kegiatan belajar-mengajar yang memberikan hasil yang optimal, jadi minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan landasan psikologis, yaitu psikologis perkembangan peserta didik dan psikologis belajar.
 Perkembangan Peserta didik
Anak sejak dilahirkan sudah memperlihatkan keunikan-keunikan, seperti pernyataan dirinya dalam bentuk tangisan atau gerakan-gerakan tertentu. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya sejak lahir anak telah memiliki potensi untuk berkembang.

Pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan anak itu adalah hasil dari pengaruh lingkungan. Anak dianggap sebagai kertas putih, dimana orang-orang di sekelilingnya dapat bebas menulis kertas tersebut. Pandangan ini bertentangan pandangan di atas, dimana justru aspek-aspek di luar anak atau lingkungannya lebih banyak mempengaruhi perkembangan anak menjadi individu yang dewasa.

Pandangan lainnya ialah yang menyebutkan bahwa perkembangan anak itu merupakan hasil perpaduan antara pembawaan dan lingkungan. Aliran ini mengakui akan kodrat manusia yang memiliki potensi sejak lahir, namun potensi ini akan berkembang menjadi lebih baik dan sempurna berkat pengaruh lingkungan.

Pandangan yang terakhir ini ialah tentang tugas-tugas perkembangan (developmental tasks). Tugas-tugas perkembangan yang dimaksud adalah tugas yang secara nyata harus dipenuhi oleh setiap anak/individu sesuai dengan taraf/tingkat perkembangan yang dituntut oleh lingkungannya. Apabila tugas-tugas itu tidak terpenuhi, maka pada taraf perkembangan berikutnya anak/individu tersebut akan mengalami masalah. Melalui tugas-tugas ini, anak akan berkembang dengan baik dan beroperasi secara kumulatif dari yang sederhana menuju kearah yang lebih kompleks. Namun demikian, objek penelitiannya adalah anak-anak Amerika, jadi kebenarannya masih perlu diteliti dan dikaji dengan cermat disesuaikan dengan anak-anak Indonesia yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan landasan pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memilik perbedaan disamping persamaannya.
            Psikologi Belajar
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan. Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Psikologi belajar merupakan suatu cabang bagaimana individu belajar. Belajar diartikan terjadinya perubahan perilaku ke arah positif melalui pengalaman. Mengetahui tentang psikologi/teori belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas pokoknya yaitu pembelajaran anak.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga rumpun, yaitu
1.      Teori Disiplin Mental, secara herediter anak mempunyai potensi tertentu. Belajar merupakan upaya mengembangkan potensi-potensi tersebut
a.       Disiplin Mental Theistik
Individu mempunyai daya mental (mengamati, menanggap, mengingat, berpikir). Belajar merupakan proses melatih daya-daya tersebut.
b.      Disiplin Mental Humanistik
Menekankan keseluruhan aspek (pendidikan umum).
c.       Naturalisme
Selain mempunyai potensi, anak memiliki kemauan dan kemampuan untuk belajar dan berkembang sendiri
d.      Apersepsi
Hasil belajar disimpan dan membentuk apersepsi untuk belajar lebih lanjut
2.      Teori Behaviorisme, anak tidak membawa potensi apapun dari lahirnya. Perkembangan ditentukan oleh faktor yang berasal dari lingkungan. Bersifat pasif
a.       Teori S-R Bond (Thorndike) kehidupan tunduk pada hukum stimulus-respon belajar dan upaya membentuk S-R sebanyaknya
b.      Conditioning (Guthrie)
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi tertentu (pada stimulus)
c.       Reinforcement (Skinner)
Belajar melalui S-R dibantu dengan kondisi tertentu (melalui respon)
1.      Cognitive Gestalt Field
Menekankan pada unity, wholeness, integrity (keterpaduan). Bersifat aktif
a.       Insight/Gestalt Field
Belajar adalah proses mengembangkan pemahaman baru
Belajar merupakan perbuatan yang bertujuan, eksploratif, imajinatif, kreatif
b.      Goal Insight
Belajar merupakan usaha untuk mengembangkan pemahaman tingkat tinggi
c.       Cognitive Field
Belajar merupakan proses interaksi (individu selalu berada dalam life space, ada tujuan yang ingin dicapai dan motif yang mendorong untuk mencapai tujuan dan hambatan yang harus diatasi). Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan teori belajar.
Ada tiga aliran besar dalam teori belajar mengajar yaitu: Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behaviorism), Psikologi Gestalt dan Psikologi Kognitif (Constructivism) yang dapat diaplikasikan ke dalam pengajaran matematika.

Pemahaman situasi pendidikan bukan menjadi satu-satunya tujuan dari study tentang landasan psikologis proses pendidikan. Ada dua tujuan utama dari studi tentang landasan psikologis proses pendidikan. Pertama, agar para guru, para pendidik atau calon guru dan calon pendidik mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan. Kedua, agar para guru, pendidik atau calon guru, calon pendidik mampu menyiapkan dan melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik dengan lebih baik.

Dengan bekal tersebut, diharapkan guru, pendidik dapat membawa siswa, peseta didik dalam mencapai perkembangan yang setinggi-tingginya sesuai dengan prestasi yang dimilikinya.

Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan Bagi Guru dan Calon Guru dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1.      Untuk mempelajari situasi dalam proses pembelajaran, psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini:
a.       Memahami perbedaan individu (peserta didik)
Seorang guru harus berhadapan dengan sekolompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.
b.      Penciptaan iklim belajaar yang kondusif di dalam kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seseorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
c.       Pemilihan strategi dan metode pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
d.      Memberikan bimbingan kepada peserta didik
Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
e.       Mengevaluasi hasil pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
2.      Untuk penerapan prinsip-prinsip belajar mengajar
a.       Menetapkan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
b.      Penggunaan median pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
c.       Penyusunan jadwal pelajaran
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran dimana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru untuk merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah. 


DAFTAR PUSTAKA

Partowisastro, Koestoer.Dinamika dalam Psikologi Pendidikan Jilid II.Erlangga.Jakarta.

Slavin, Robert E.2008.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik edisi ke-8.PT Indeks.Jakarta.

Wahyono,Budi.“Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan bagi Guru dan Calon Guru”.http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html.diakses tanggal 04 Januari 2013.pukul 22:16

amanahme.“Landasan Psikologis dalam Pendidikan“.http://amanahtp.wordpress.com/2011/10/11/landasan-psikologis-dalam-pendidikan/.diakses tanggal 02 Januari 2013. Pukul 21:40